mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

,

Terpengaruh Supernova

Selamat Pagi,

Pagi ini aku mendadak sangat ingin menulis. Seperti ada tumpukan kalimat-kalimat yang tak jelas yang ingin ditumpahkan oleh kepalaku. Begitu banyak rasa yang menyesak ketika aku berusaha untuk menyadari dan menerjemahkan rasa itu.

"Bahkan manusia berubah dalam setiap detikanya." Kurang lebih begitu yang dikatakan oleh Dee dalam kumpulan cerpennya yang berjudul Madre dalam judul cerpen Guruji. Dan aku pun yakin aku telah seperti itu. Hanya saja aku menyadarinya ketika perubahan itu telah menumpuk dan nampak dengan jelas.

Saat ini ketika aku berada di seberang pulau yang tak membesarkanku. Saat kepalaku tengah di penuhi oleh Supernovanya Dee. Aku menyadari ternyata sudah banyak sekali perubahan yang terjadi dalam hidupku 2 tahun terakhir ini. Perubahan dalam isi kepala dan isi hati.

Ketika aku berbalik kebelakang sangat ingin sekali kurengkuh kenangan. Tak rela rasanya meninggalkan kenangan semakin jauh. Titik itu di mana saya mulai ingin menghirup kebebasan. Saat itu di mana dunia luar begitu nampak sangat menarik. Ketika isi dari kepalaku masih dipenuhi oleh ketertarikan-ketertarikan sebagai seorang remaja, pada mimpi dan cita-cita.

Beberapa hari lalu rekan kerjaku bertanya.
"Are you like your job?"
Terdengar sangat sederhana sekali pertanyaan itu. Namun mebuatku terdiam cukup lama.
"It's about like or dislike. It's a simple question" Dia menambahkan.
Dan aku terbahak sendiri.
"Why you laugh?"
"My Job is not big deal."

Aku berakhir pada jawaban itu. Bukan karena aku telah mendapatkan jawabannya. Itu lebih kepada hatiku hanya rela mengucapkan sebatas itu saja. Baru kemudian setelahnya aku berpikir.

Rasanya hidup itu bukan hanya tentang menjadi apa. Hidup itu proses. Proses dalam melewati kefanaan. Tujuan akhir adalah mencari yang tak fana bukan? Dan saya begitu takjub sendiri menyadari bahwa beberapa atau mungkin banyak sekali manusia yang kalap akan kefanaan. Akupun sering. Karena otakku seringnya meyakini apa yang berada di depan mata kepalaku sendiri.

Aku baru hidup 2 dekade di tambah 1 tahun setengah di dunia ini, dan mungkin bagi mereka yang sudah hidup puluhan tahun akan menertawakan apa yang aku tulis saat ini. Bahkan bisa jadi diriku sendiri, kelak.

Atau mungkin hal yang benar adalah aku sedang terpengaruh buku yang sedang aku baca saat ini.

"Hati-hati." Temanku berkata di sebelah.
"Hahahahaha." Aku masih menginjak bumi.




Salam,
Dewi

Share:
Read More

Bagian 2: Kopi, Sajak dan Jalanan Ibukota

Hai Matahari, sudikah kau menyinari manusia yang memakan hak sesamanya sendiri?
Hai Awan, sudikah kau menjatuhkan butiran hujan demi manusia yang menjilati sesamanya sendiri?
Sudikah kalian semesta memberi nikmat pada manusia yang merampas sumber nafas dunia?
Tak bosankah kalian menonton pertunjukan sombong para manusia?
Tak segerakah kalian pensiun dari tugas-tugas kalian?

- Anggita

Dalam lalu lalang yang gersang, dalam oksigen yang tersamarkan polusi, dalam teriknya sang mentari sekali lagi ia lantang berteriak. Ia tak lelah, energinya tak akan habis selama Ibukota tak pernah lengang, nyaman dan aman. Ia tak akan pernah bisa diam.

Beberapa orang yang melewatinya menjatuhkan beberapa recehan di hadapannya. Bahkan ada bapak-bapak yang berpakaian necis dengan smartphone di genggamannya menjatuhkan 1 lembar uang dua puluh ribu. Namun ia bergeming, yang dipandangnya hanya Ibukota.

Sesaat kemudian ia meluangkan waktu untuk mengingat lelaki yang ia temui pagi tadi. Angga, lelaki itu seperti Ryan, dan nampaknya ia pun suka memaksa. Namun sepertinya lelaki itu lebih menikmati kehidupan. Ia menimbang-nimbang tawaran pertemanan yang diajukan lelaki itu. Tapi sangat tidak mungkin baginya untuk menerima tawaran itu. Dari penampilannya lelaki itu tampak seperti orang berdompet tebal yang sering memaksakan kehendaknya sendiri.

Setelah memunguti apa yang ia dapat di hadapannya. Ia bergegas pergi, mencari sesuatu yang layak ia masukan kedalam perut yang hanya diisi sekali sehari, atau bahkan tidak sama sekali.

Senja, merupakan salah satu bagian penting dari harinya.

"Hai, Nona!" Terdengar teriakan seorang lelaki di belakangnya. Sepertinya... Ia membalikan badannya dengan menerka. Astaga Angga. Untuk apa orang ini ada di sini? Ia berkerut kening--Heran.

"Saya menyaksikan Anda seharian ini. Anda memang luar biasa." Dengan napas yang terengah-engah ia berusaha menjelaskan.

"Jadi Anda menguntit saya?" Anggita meninggikan suaranya.

"Sabar Nona, jangan berpikir macam-macam! Saya sama sekali tidak ada niatan buruk kepada Anda."

"Terus apa maksud Anda melakukan hal itu terhadap saya?"

"Saya hanya tertarik kepada Anda." Ia mencoba menjelaskan. Namun Anggita tambah berkerut kening--Tak mengerti.

"Oh tunggu... Maksud saya bukan seperti itu!" Ia menahan pikiran Anggita yang akan segera berprasangka buruk. "Saya adalah seorang sutradara teater."

"Lantas?"
Share:
Read More
,

Ingin Terbang

Selamat Menjelang Senja,

Kukabarkan deru haru mesin pendingin
Kukabarkan hembus angin beserta tetes gerimis
Mereka terpaku-gagu
Menunggu euporia menyambut tahun baru

Ia pemilik mata syahdu
Menatap rindu
Pada sebuah gelas yang tak berisi
Kosong berhari-hari

Kopi tak sama lagi
Hambar kini
Atau lidah itu yang tak lagi berindra?
Seperi apa yang berada di balik dada.

Ia ingin terbang
Menghempas
Melepas

Share:
Read More

Let's Start 2014

Selamat Siang...

Sebelum apa yang ada di dalam isi kepala saya berlarian ke segala penjuru, alangkah baiknya jika saya mengucapkan selamat tahun baru terlebih dahulu.

So, "Happy New Year"  bagi seluruh umat di bumi yang merasa bahwa hari ini--hari pertama ini adalah salah satu bagian penting dari perjalanan hidup kalian di semesta ini.

- Bagi mereka yang menganggap hari ini adalah awal dari kehidupan mereka: Selamat memulai dan semangatlah menapaki dunia.
- Bagi mereka yang menganggap hari ini adalah tempat yang tepat untuk move on: Selamat meninggalkan jejak masa silam yang kelam, dan selamat menyaksikan bagian paling indah dan paling menarik dari dunia.
- Bagi mereka yang menganggap hari ini adalah saat yang tepat untuk memulai mewujudkan mimpi-mimpinya: Selamat menandatangani kontrak baru kalian dengan: kegigihan, keuletan, dan kerja keras. Memperpanjang kontrak kalian dengan harapan serta memutuskan kontrak kerjasama kalian dengan keputusasaan.
- Dan bagi saya yang terbiasa hidup dalam "hari ini" saja: Semoga berani untuk menabung jejak langkah kaki di hari esok.
Amiiin.

Tahun 2014 ini saya mulai dengan sebuah semangat darah muda: penuh gairah, energi dan emosi. Beberapa hal saya tinggalkan dan menyambut bagian dari diri yang mau jujur mengakui, menerima dan menjalani.

Mari sedikit membicarakan tahun 2013 yang lalu, tahun yang begitu enggan saya pijaki karena beberapa hal banyak yang masih tersangkut di tahun 2012. Namun, pada kenyataannya waktu yang bergulir di dunia tidak akan pernah bisa dihindari. Karena kita adalah manusia yang haknya adalah menjalani. 2013 itu seperti quote beikut:

Sangat seperti itu--ketika saya dikagetkan oleh suara terompet dan taburan kembang api di langit yang menandai bergantinya tahun, saya dengan rasa keterkejutan berbalik ke belakang dan tertegun: ketikan menyadari bahwa kaki saya sudah berpijak di tanah baru, ketika menyadari bahwa awal tahun 2013 sudah menjadi titik terjauh dari apa yang bisa diterjemahkan oleh panca indra, dan menyadari begitu banyak hal yang telah berubah dalam jangka waktu tersebut. Jadi, dua ribu tiga belas adalah tahun yang saya lalui tanpa rencana.

Bpn, 01012014

==> Tulisan di atas itu merupakan tulisan yang benar-benar saya tulis pada tanggal 1 Januari 2014, dan saya menuliskannya dengan penuh keyakinan dan semangat. Namun, ada hal yang sangat penting yang harus saya kerjakan ketika saya menulis tulisan di atas. Dan... Wasalam, sekarang saya lupa kelanjutan dari tulisan di atas.

Yang pasti, yang masih saya ingat adalah selagi kita berada di dunia ini rasakanlah dan maknailah setiap detik yang kita lewati dengan mata terbuka. Karena ternyata begitu sangat aneh rasanya ketika di samping kita terjadi sebuah perubahan dan kita tidak dapat menyadari hal itu.

So, Let's start 2014.

Salam,
Dewi

Share:
Read More