mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

, ,

Buku: Rectoverso

Pada sebuah pagi, pagi yang manis. Seorang gadis terbangun dari sebuah mimpi yang membuatnya bersyukur telah dibangunkan lebih awal. Ada mimpi yang perlahan memburunya. Setelah semalam terlibat percakapan yang menyenangkan dengan sahabat lamanya.

Pagi itu si Gadis sumringah, ia akan mendapatkan sepaket buku baru. Buka yang ia idamkan sedari lama. Setelah mandi dan bersiap-siap untuk pergi, ia melihat si Pembawa Harap berdiri di depan pintu dengan sebuah buku di tangan. Pastilah itu bukunya. Hati si Gadis berseru.

Yap, benar sekali itu buku yang sedang ia tunggu-tunggu. Si Gadis kerap kali bercerita tentang buku-buku yang ia sukai pada si Pembawa Harap. Maka saat si Pembawa Harap pergi pada Jumat malam untuk mencari sebuah cerita yang di bicarakan banyak orang berada di negeri sebrang Cina sana, ia akan semakin sering bercerita, berharap ia akan dibawakannya sebuah buku. Tentu saja si Pembawa Harap tak pernah berkeberatan untuk membantunya. Seperti pagi ini.

"Terima kasih". Si Gadis menarik ujung-ujung bibirnya. Berharap ia akan menyuguhkan senyum termanisnya.
"Sama-sama".
"Kopinya?" Tanya si Gadis, sesuai perjanjian. Setiap kali si Pembawa Harap membawakan sebuah buku, maka si Gadis harus juga menyiapkan secangkir kopi.
"Nanti saja." Si Pembawa Harap menunda kopinya.
"Okelah." Si Gadis melihat jam tangannya. Ohhh, udah siang ya. Pantesan. Gumamnya.

Kopinya padahal sudah terhidang, hanya saja belum ditunjukan kepada si Pembawa Harap. Maka, ketika si Pembawa Harap menundanya si Gadis kebingungan mau diapakan kopi itu. Di lihatnya sekelilingnya, ada mesin pendingin--pembeku di sudut ruangan. Ide yang bagus sepertinya. Ia taruh kopi itu di sana. Mungkin saja akan ada yang menemukannya nanti. Pikir si Gadis. Ice Coffee.

Si Gadis siap bergegas pergi. Disimpannya buku itu pada keranjang sepedanya. Perlahan mengayuh sepedanya, perlahan melambungan lagi harap. Harap untuk masa depannya kelak. Sesekali ia lirik buku yang berada di keranjangnya. Maka merekah lagi senyuman di bibirnya. Semangat mengalir di kedua tangan dan kakinya. Begitupun ia tak hentinya bersyukur atas kebahagian sederhana yang ia alami pada pagi yang sederhana itu.



Share:

4 comments:

bahrul efendi said...

kopinya mana de,,,

Susanti Dewi said...

Kopinya kelamaan nunggu, susut dalam dingin. He

Susanti Dewi said...

Kopinya kelamaan nunggu, jadi ia susut dalam dingin.

bahrul efendi said...

hmmm...