mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

,

Life is...

Hidup kadang mungkin hanya tentang bagaimana kau menikmati secangkir kopi pada sore hari di sebuah pesisir pantai, dengan menuliskan beberapa kalimat dalam secarik kertas kosong menceritakan tentang hari-harimu di hari kemarin. Kau berada di tengah keramaian namun asing. Rikuh, kikuk namun tenang.

Atau mungkin ketika kau berada di antara tumpukan kertas-kertas truk terbang di sebuah ruangan yang pengap dan memedihkan mata, dengan diiringi musik yang bertemakan jaman dulu.

Atau mungkin ketika kau begitu merindukan secangkir kopi pada saat bulan ramadhan. Sehingga pada saat tanggal-tanggal merah meniba kau begitu kehausan dan menghabiskan dua cangkir kopi. Namun sesaat kemudian ada yang memarahimu karena sebetulnya itu tidak bagus untuk seseorang yang mengidap penyakit magg dan ditambah sedang menstruasi. Namun sejurus kemudian pun kau menyadari bahwa orang-orang di sekitarmu begitu perhatian dan peduli terhadapmu.

Atau mungkin hidup hanyalah saat di mana kau menikmatinya tanpa sibuk memikirkan cara bagaimana kau melakukannya. Seperti apa yang di katakan Albert Camus "You will never be happy if you continue to search for what happiness consists of. You will never live if you're looking for the meaning of life."

Ah... Dan bagi saya hidup adalah tentang bagaimana hati dapat menerima dan bersyukur atas segala hal yang terjadi pada kita. Baik itu menyenangkan, menyedihkan, membahagiakan atau menyakitkan. Dan kita selalu dapat belajar di dalamnya.

- DS: Pada tempat penat yang berisikan tumpukan kertas-kertas. Kamis, 25 July 2013
Share:
Read More
,

Hanya Isyarat




Ciptaan: Dee Lestari
"... Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun orang itu hanya dapat kugapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang hadir sekelebat bagai bintang jatuh yang lenyap keluar dari bingkai mata sebelum tangan ini sanggup mengejar. Seseorang yang hanya bisa kukirimi isyarat sehalus udara, langit, awan, atau hujan."
Ku coba semua, segala caraKau membelakangikuKu nikmati bayangmuItulah saja cara yang bisaUntuk kumenghayatimuUntuk mencintaimu
Sesaat dunia jadi tiadaHanya diriku yang mengamatimuDan dirimu yang jauh di sanaKu tak kan bisa lindungi hatiJangan pernah kau tatapkan wajahmuBantulah aku semampumu
(Rasakanlah)Isyarat yang sanggup kau rasaTanpa perlu kau sentuh(Rasakanlah) Harapan, impian,Yang hidup hanya untuk sekejap(Rasakanlah) Langit, hujan,Detak, hangat nafasku
(Rasakanlah)Isyarat yang mampu kau tangkapTanpa perlu kuucap,(Rasakanlah) Air, udara,Bulan, bintangAngin, malam,Ruang, waktu, puisi
Itulah saja cara yang bisaUntuk menghayatimuUntuk mencintaimu
Lirik didapat dari...
Share:
Read More

Untuk Diri Saya Sendiri


Saya pernah membaca sebuah tulisan atau mungkin sebuah buku yang penulisnya menuliskan “Saya menulis untuk diri saya sendiri”. Dulu saat pertama kali membaca kalimat itu saya tak mengerti sebenarnya apa yang dimaksudkan oleh kalimat itu. Kemudian saya mendapatkan sebuah pendapat lagi bahwa menulis itu harus bisa mengubah pandangan atau pikiran orang lain baru bisa dibilang penulis yang hebat. Kemudian saya berpikir, kenapa kedua pendapat tersebut begitu sangat berbeda? Betapa mudahnya menulis untuk diri sendiri dan betapa sulitnya melahirkan sebuah tulisan yang bisa merubah pandangan seseorang atau pemikiran seseorang.

Namun keduanya tetap saja tak dapat dipahami jika tidak dengan hati. Baru kini saya melihat kedalam diri saya apa yang saya inginkan dan apa alasan saya selalu menulis. Dan saya menemukan satu jawaban bahwa itu semua untuk diri saya. Saya menulis bukan untuk dibilang pandai, bukan untuk mendapat pujian, simpati atau hal lain sebagainya, saya menulis hanya untuk diri saya. Membantu mempermudah segala. Tak ada yang lebih baik untuk mendengar dari pada Tuhan dan sebuah kertas kosong.

Saya merasa betapa menyenangkannya membaca apa yang telah saya tuliskan. Kadang-kadang merasa heran, apa betul tulisan itu berasal dari pikiran saya. Dan tulisan bagi saya adalah sebuah cerminan diri. Ketika secara tidak terduga kata-kata meluncur dengan tanpa sengaja, menyimpan beberapa kehilapan, beberapa kesalahan, mengalir dan mengalir terus menerus, menuangkan amarah, kesal, tangis, dan segala. Tempat memulihkan hati, tempat dimana setelahnya saya depat mengatakan bahwa saya baik-baik saja. Tempat berkumpulnya segala sesuatu yang berasal dari hati. Karena dengan begitu hati akan terasa nyaman dan damai kembali.


Kini saya tahu alasan saya menulis. Yaitu karena untuk diri saya sendiri.
Share:
Read More
, ,

Kisah Dengan Akhir yang Disegerakan

Sebuah kisah berawal dari sebuah pagi dan terhenti ketika senja meniba.

Pada rintik gerimis ada sebuah genggaman hangat yang dijanjikan. Genggaman yang meleburkan dingin dan sendiri dari setiap air yang jatuh.

Pada butiran pasir ada deraian tawa yang dijanjikan tanpa sebuah curiga. Namun, ada hal yang tak aku ketahui. Ada mata yang ditutupi dari hati yang menganga ingin dijamahi.

Pada deburan ombak dan tamparan angin di pesisir ada dua gelas kopi beserta satu buah kamaera digital. Mengabadikan momen sederhana yang kelak akan tertumpuk dan terlupa.

Tak ada yang bisa aku harap kan lebih, selain satu-dua tatap kelak yang saling mengenal dan merindu.

Masa itu adalah tempat di mana angin singgah, dan ia adalah burung yang mengikuti semilir angin. Dan aku mungkin bunga yang hanya menanti kedatangan sang pembawa sejuk, didatangi kemudian ditinggalkan. Kelak akan layu ketika semi beranjak.

Kemudian pada senja kutitipkan rindu yang dibawa matahari ke peraduan mimpi. Menyisakan bulan pucat pasi pada malam yang ditinggalkan hujan.

Sebuah masa yang hanya melahirkan satu-dua lembar kisah pada buku agenda yang segera akan usang.
Share:
Read More