Sebuah kisah berawal dari sebuah pagi dan terhenti ketika senja meniba.
Pada rintik gerimis ada sebuah genggaman hangat yang dijanjikan. Genggaman yang meleburkan dingin dan sendiri dari setiap air yang jatuh.
Pada butiran pasir ada deraian tawa yang dijanjikan tanpa sebuah curiga. Namun, ada hal yang tak aku ketahui. Ada mata yang ditutupi dari hati yang menganga ingin dijamahi.
Pada deburan ombak dan tamparan angin di pesisir ada dua gelas kopi beserta satu buah kamaera digital. Mengabadikan momen sederhana yang kelak akan tertumpuk dan terlupa.
Tak ada yang bisa aku harap kan lebih, selain satu-dua tatap kelak yang saling mengenal dan merindu.
Masa itu adalah tempat di mana angin singgah, dan ia adalah burung yang mengikuti semilir angin. Dan aku mungkin bunga yang hanya menanti kedatangan sang pembawa sejuk, didatangi kemudian ditinggalkan. Kelak akan layu ketika semi beranjak.
Kemudian pada senja kutitipkan rindu yang dibawa matahari ke peraduan mimpi. Menyisakan bulan pucat pasi pada malam yang ditinggalkan hujan.
Sebuah masa yang hanya melahirkan satu-dua lembar kisah pada buku agenda yang segera akan usang.

No comments:
Post a Comment