Saya pernah membaca sebuah
tulisan atau mungkin sebuah buku yang penulisnya menuliskan “Saya menulis untuk
diri saya sendiri”. Dulu saat pertama kali membaca kalimat itu saya tak
mengerti sebenarnya apa yang dimaksudkan oleh kalimat itu. Kemudian saya mendapatkan
sebuah pendapat lagi bahwa menulis itu harus bisa mengubah pandangan atau
pikiran orang lain baru bisa dibilang penulis yang hebat. Kemudian saya
berpikir, kenapa kedua pendapat tersebut begitu sangat berbeda? Betapa mudahnya
menulis untuk diri sendiri dan betapa sulitnya melahirkan sebuah tulisan yang
bisa merubah pandangan seseorang atau pemikiran seseorang.
Namun keduanya tetap saja
tak dapat dipahami jika tidak dengan hati. Baru kini saya melihat kedalam diri
saya apa yang saya inginkan dan apa alasan saya selalu menulis. Dan saya
menemukan satu jawaban bahwa itu semua untuk diri saya. Saya menulis bukan
untuk dibilang pandai, bukan untuk mendapat pujian, simpati atau hal lain
sebagainya, saya menulis hanya untuk diri saya. Membantu mempermudah segala.
Tak ada yang lebih baik untuk mendengar dari pada Tuhan dan sebuah kertas
kosong.
Saya merasa betapa
menyenangkannya membaca apa yang telah saya tuliskan. Kadang-kadang merasa
heran, apa betul tulisan itu berasal dari pikiran saya. Dan tulisan bagi saya
adalah sebuah cerminan diri. Ketika secara tidak terduga kata-kata meluncur
dengan tanpa sengaja, menyimpan beberapa kehilapan, beberapa kesalahan,
mengalir dan mengalir terus menerus, menuangkan amarah, kesal, tangis, dan
segala. Tempat memulihkan hati, tempat dimana setelahnya saya depat mengatakan
bahwa saya baik-baik saja. Tempat berkumpulnya segala sesuatu yang berasal dari
hati. Karena dengan begitu hati akan terasa nyaman dan damai kembali.
Kini saya tahu alasan saya
menulis. Yaitu karena untuk diri saya sendiri.

2 comments:
note: tempat memulihkan hati, tempat dimans setelhanya saya dapat mengatakan bahwa saya baik-baik saja.
semangat de,,,lanjuttttt
Iya,, mas.. Semangat..
Oh iya, blognya kemana? Kok ngilang?
Post a Comment