mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

,

Garis Batas


Proyeksi dari masa lalu dan latar belakang secara otomatis telah membuat garis-garis batasan tertentu. Garis-garis itu terbuat dari mata yang menyala dan mulut-mulut yang berapi. Hendak saja ia melewatinya maka ia akan terluka karenanya.

Namun mungkin akan berbeda jadinya, jika saja ia mampu memproyeksikan semesta ini pada detik ini di mana ia sedang berada. Segala batas akan melebur beserta ruang dan waktu.

Maka wajar saja jika ia membuat dunianya sendiri. Menciptakan segala hal yang sanggup ia gapai dalam imaji tanpa  takut lagi akan sekat-sekat yang tengah mengawasinya.

Maka kini ia mempunyai dua dunia yang ia tempati. Sebuah dunia yang bersekat-sekat dan sebuah dunia yang tanpa batas. Sekiranya di mana kah ia lebih ingin tinggal?

Jika saja ia tak merasa kesepian ia hanya ingin tinggal di dunia ciptaannya. Ia merasa nyaman di sana tanpa harus merasa risih. Dan ia pun tak selalu harus menatap cemin yang seketika saja mampu mengubahnya menjadi sosok yang diinginkan dunia sebrang. Namun sepi membuatnya tak tahan, maka meskipun dunia sebrang membuatnya terluka ia akan berada di sana untuk beberapa saat. Menikmati gegap-gempita juga kerlap-kerlip cahaya. Karena dengan begitu ia akan merasa hidup. Tak peduli seberapa kalipun hidup membuatnya melarikan diri.
Share:
Read More
,

Tak Berdaya

Ini adalah sebuah ketakberdayaan yang menyebalkan.

Dunia memperkenalkan kita pada berbagai hal dan berbagai cara. Tapi kenapa masih ada rasa tak berdaya di dalam diri? Dan untuk kali ini bahkan untuk melarikan diripun tak sanggup.

Andai hari ini tak secerah ini mungkin aku boleh tak merasa semalu ini berjumpa dengannya. Namun, semestapun masih sanggup berseri ketika setumpuk lelah sedang ia tanggung.

nsw. 11092014
Share:
Read More
,

Pilihan Part 2

Kali ini rekor, karena saya absen menulis di blog ini selama 1 bulan. Gairah saya menulis semakin lama semakin menurun. Kenapa? Haruskah saya jawab entah?

Menggenggam pilihan tak pernah jadi prioritas saya. Mungkin karena saya belum yakin pasti bahwa pada saat harus belok ke kanan atau ke kiri saya melakukannya dengan benar. Banyak teori yang telah saya baca tentang keberadaan manusia di semesta dan bagaimana cara memaknainya. Namun, teori itu tak selalu mampu bertahan lama di  benak saya. Kenapa? Haruskah saya jawab entah?

How about feeling? Saya termasuk orang yang mungkin cenderung menyukai perubahan yang tak teratur. Dan berada di suatu tempat dengan kadar rutinitas yang 90% membuat isi kepala saya buntu. Saya tak suka ditinggalkan namun tak punya pilihan lain untuk meninggalkan. Sesak mendapati diri yang terlalu tak berjarak, namun juga letih menata hati dan pikiran ketika jarak membentangkan sayapnya. Kenapa? Haruskah saya jawab entah?

Masa depan dan masa lalu. Kekhawatiran dan penyesalan. Mungkin karena suasana hati saya kurang baik jadi kali ini saya lebih suka menggunakan kata-kata yang pesimistis. Sejujurnya saya ingin terbang. Mengepakkan sayap sekehendak saya. Namun semesta memang punya aturan bukan? Karena itulah kenapa sampai saat ini ia masih berputar dalam porosnya.

Saya tak semahir matahari yang mampu berputar dan kembali dalam jarak waktu 24 jam saja. Saya terlalu asik dengan perubahan, dan sering lupa bahwa ini adalah cara paling efektif untuk merapikan segala hal.

Namun semoga apa yang saya lakukan kali ini membantu saya meyakini pilihan yang saya ambil. Welcome to the new journey and the new routine.


Share:
Read More