mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

, , ,

Ditinggal Pagi Pergi


Pada akhirnya ia berkata lelah. Dan aku tak tahu harus berbuat apa. Senandung nyanyian di dalam isi kepalaku bertolak belakang dengan hatiku. Aku ingin tak pergi kemana-mana. Aku ingin tetap tinggal. Tapi rupanya ia tahu, bahwa ada hati yang tak pernah jatuh.

Aku ingin ia mempercayai bahwa rasa ini akan berubah bersama dengan waktu yang bergerak. Aku ingin ada juga yang meyakini dan meyakinkanku. Tapi ia menyerah. Mungkin aku membuatnya gusar. Atau membuatnya ketakutan. Padahal aku hanya meminta untuk diyakinkan.

Aku terlalu banyak menelan kecewa. Makanya mungkin aku meminta lebih untuk diyakinkan. Aku meyakini bahwa setiap hubungan memang ditakdirkan untuk saling menyakiti. Makanya keyakinan menjadi kunci utama untuk merelakan. Merelakan hati tersakiti karena kita tahu itu memang bernilai setimpal.

Mungkin kelak ia akan kembali atau mungkin kelak akan ada seseorang yang dengan suka rela meyakinkanku tanpa perlu aku memintanya.

Hanya saja perjalanan kali ini telah usai.
Share:
Read More
,

Debar


Aku mungkin sedang melamun ketika tak kusadari ia sudah ada di sampingku. Aku yakin itu ia. Karena sekujur tubuhku seketika menegang. Aku tak ingin menoleh. Namun, wangi parfurmnya membuatku lebih ingin melakukannya 2 kali lipat.
Hatiku berdebar dengan sangat kencang ketika pelan-pelan aku menoleh kepadanya. Kumulai dari dadanya yang tepat berada sejajar dengan mataku. Tempat di mana aku ingin merebahkan seluruh aku selamanya di sana. Kulanjutkan ke dagunya, bibirnya, hidungnya kemudian berhenti di matanya. Ketika sampai di sana seketika debar di jantungku berhenti. Ia sedang menatapku. Sebuah tatapan yang dikenali hatiku namun tak dimengerti pikiranku. Aku ingin terjebak di sana selamanya. Dalam mata coklat teduhnya. Tapi beberapa detik kemudian aku menunduk kembali. Aku tahu pipiku memerah. Dan aku tak ingin ia mengetahuinya.
“Parfum kamu wangi sekali.” Hanya itu yang dapat keluar dari mulutku.
“Masa sih.” Aku meliriknya dan kulihat ia juga sedang merliriku dengan jenakanya.
Jantungku serasa ingin meledak. Berada sedekat ini dengannya dan dalam situasi yang seperti ini membuatku tak tahan. “Aku sudah selesai.” Hanya itu yang mampu kuucapkan. Tanpa menatapnya lagi aku segera bergegas meninggalkannya. Aku yakin jika aku menoleh sekali lagi aku hanya akan diam terpaku seperti patung dungu.

Seperti ini 'kah rasanya menyukai seseorang?
Share:
Read More
,

Missing You



hey,
Maret meniba dan hujan masih sering turun
tampaknya beberapa tahun ini musim lupa akan waktu
mereka lupa diri
atau mereka telah diusik dari kenyamanannya tepat waktu.

aku menandainya,
betapa mereka tampak frustrasi
tapi aku tak mempertanyakannya
sama seperti Semesta tak mempertanyakan kenapa manusia menyakitinya
aku hanya bersikap adil.

aku menunggu,
aku berjalan,
aku lelah,

dan aku tidur,
lalu besoknya aku bangun
setiap hari.

aku bercakap dengan pagi,
aku bercakap dengan langit,
lalu berseteru dengan hening
kemudian menitipkan salam kepada angin
setiap hari.

aku menghirup aroma embun,
aku menyeruput segelas kopi,
sampai habis
setiap hari.

dan bersama musim yang frustrasi
aku,
menumpuk rindu
setiap hari.
Share:
Read More