Hatiku berdebar dengan sangat kencang ketika pelan-pelan aku menoleh kepadanya. Kumulai dari dadanya yang tepat berada sejajar dengan mataku. Tempat di mana aku ingin merebahkan seluruh aku selamanya di sana. Kulanjutkan ke dagunya, bibirnya, hidungnya kemudian berhenti di matanya. Ketika sampai di sana seketika debar di jantungku berhenti. Ia sedang menatapku. Sebuah tatapan yang dikenali hatiku namun tak dimengerti pikiranku. Aku ingin terjebak di sana selamanya. Dalam mata coklat teduhnya. Tapi beberapa detik kemudian aku menunduk kembali. Aku tahu pipiku memerah. Dan aku tak ingin ia mengetahuinya.
“Parfum kamu wangi sekali.” Hanya itu yang dapat keluar dari mulutku.
“Masa sih.” Aku meliriknya dan kulihat ia juga sedang merliriku dengan jenakanya.
Jantungku serasa ingin meledak. Berada sedekat ini dengannya dan dalam situasi yang seperti ini membuatku tak tahan. “Aku sudah selesai.” Hanya itu yang mampu kuucapkan. Tanpa menatapnya lagi aku segera bergegas meninggalkannya. Aku yakin jika aku menoleh sekali lagi aku hanya akan diam terpaku seperti patung dungu.
Seperti ini 'kah rasanya menyukai seseorang?
Seperti ini 'kah rasanya menyukai seseorang?
