mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

Merindu Dunia Mereka



Entah kenapa aku memandang kagum pada dunia mereka. Dunia yang tanpa batas dan mandiri. Terheran saat mereka berdiri apa adanya dengan gagah dan penuh keberanian. Tanpa merasa berbeda dari yang lain. Tak henti bayangan-bayangan dunia mereka berputar-putar di otakku. Kadang kala ia membuatnya seperti mau pecah. Aku bukan mendambanya bukan pula memimpikannya. Ini terasa lebih seperti merindukannya. Aneh bukan, merindukan dunia yang sama sekali belum pernah aku jalani. Bukankah rindu ada setelah mengalami. Ah… Entahlah…

Apa mungkin di sana ada kamu? Seseorang yang sedang mencari dan selalu ku tunggu. Dan jika memang benar dirimu. Cepatlah temukan aku dan bawa aku dari dunia yang begitu sulit memahami ini.
Share:
Read More

Kepingan-Kepingan Rasa

Kepingan-kepingan itu kucari
Lewat ombak yang menggapai pantai
Lewat sejuknya angin yang mengahpiri,
kemudian berlalu pergi
Lewat rentetan warna yang kadang datang setelah tangisan langit

Mencari tanpa henti,
hingga kaki lelah berlari
Mulai menerka tuannya
Dan di sudut sunyi itu ku temukan dirimu

Beranjak dari sesak ini
Dan mencoba memulai menyusun kepingan-kepingan rapuh itu dengan perasaan melambung dan penuh harap

Namun tak terduga,
kau tanpa kata membuang kepingan-kepingan rasa tanpa bicara.

Share:
Read More
, , ,

Jingga dan Yona: Pertemuan Tidak Terduga

Jingga berjalan mundur di tepian pantai. Menyisir buih yang melambai-lambai mencoba menggapainya. Angannya terhempas ke ujung samudera, ke ujung hamparan langit biru di atas sana.

"Bruuukkk" Jingga menabrak sesuatu.

"Awww". Terdengar suara dari balik tubuhnya. "Hati-hati dong kalau jalan!" Lanjut tubuh di belakangnya itu.

"Maaf-maaf saya tidak sengaja" Sontak Jingga berbalik dengan wajah menunduk karena malu. Mukanya memerah.

"Harusnya jalan itu maju bukan mundur." Suara itu menggema di telinga Jingga dengan kesal.

"Iya saya salah. Saya minta maaf."  Jingga mencoba mendongakan wajahnya berharap menemukan wajah ramah di sana. Namun saat mendapati wajah orang yang ditabraknya tadi Jingga terhenyak. Namun tidak sampai jatuh, hanya mundur bebrapa senti. Mulutnya kaku. Yona... Diikuti dengan degup jantung yang semakin cepat.

Share:
Read More

Yang Terlewati


Banyak cerita yang terlewati. Banyak rasa pula yang tidak dapat kubagi. Tantang sedih, tentang  khawatir, tentang putus asa, tentang sepinya waktu, tentang kerinduan, tetang kebahagiaan-kebahagiaan kecil, tentang rasa syukur dan tentang semuanya. Banyak sekali.

Terasa ada gumpalan hitam yang tersimpa di relung terdalam, saat apa yang terpikir dan apa yang terasa tidak dapat terbagi secara lisan maupun tulisan. Namun ada hal-hal yang memang tidak dapat aku bagi lewat lisan, dan itu banyak. Dan jalan satu-satunya yang aku punya untuk sebuah kelegaan hanya dengan menulis.

Namun ternyata bagiku menulispun tidak selalu mudah. Pekerjaan yang menumpuk, ruang waktu yang tidak tepat, keadaan yang tidak punya tempat. Selalu saja ada hambatan-hambatan seperti itu.
Harusnya sekarang aku tersenyum lebar karena mendapatkan sedikit ruang gerak tanpa suara yang membolehkan aku sedikit membagi cerita-ceritaku. Namun apa? Di wajahku kini hanya nampak kemurungan. Tahu kenapa? Karena rasa yang telah terlewati kemari tidak dapat aku rasakan lagi. Dan saat ini terkesan sangat sia-sia.

Namun ada satu rasa yang masih bisa kurasakan. Yaitu rasa “setelah” kehilangan. Dan harusnya rasa setelah itu adalah sedih. Namun ternyata bukan itu. Rasa setelahnya ternyata adalah kelegaan. Ya aku merasakan kelegaan “saat itu”.

Namun Tuhan selalu adil atas kehilangan pasti akan selalu ada penggantinya. Dan seharusnya aku bersyukur atas itu. Namun aku hanyalah manusia biasa yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang telah aku dapat. Aku bukan tidak menyukurinya, hanya saja aku bosan dengan rasa sesak yang ada.

Aku telah mencoba berdamai dengannya. Dan kemarin aku “hampir” saja berhasil. Namun ternyata hampir tidak selalu jadi “Iya”. Dan kini aku berbalik lagi ke arah di mana aku memulainya. Mencoba lagi untuk berdamai dengannya dan mengusirnya secara  perlahan.
Share:
Read More

Matahari vs Bulan

Pagi selalu tidak bisa remang meski masih tanpa matahari
Berbeda dengan Senja yang memang remang dan gamang.

Karena matahari dan Bulan tidak sama
Kadar yang mereka berikan untuk bumi berbeda
Entah karena Matahari yang baik,
karena sekalipun ia terhalangi awan gelap
Ia selalu terlihat ingin berbagi kasihnya dengan bumi.
Atau mungkin dia memang seperti itu.
Di takdirkan  untuk menjadi selalu menarik karena memiliki siang

Tidak seperti Bulan yang terkesan selalu malu-malu tiap kali ingin menyapa bumi
Ia akan hanya muncul dengan sabit,
Hanya dengan setengahnya
Baru kemudian sepenuhnya
Belum lagi saat  awan gelap menghalanginya
Akan semakin sulit untuk bisa melihat kasinya

Menunggunya selalu menghabiskan waktu
Dan kadangkala ia tidak memberikan pilihan lain selain membiarkanku terlelap karena letih
Memang harus lebih sabar jika ingin melihat kasih dan keindahan Bulan

Dia terkesan pelit, ya?
Padahal sepertinya tidak seperti itu
 Takdir mungkin menjadikannya hanya milik Malam
Atau mungkin dia terlalu segan untuk menyapa
Karena terlalu sering menyelipkan rasa kecewanya padaku sebelum aku terlelap dalam tenang.
Share:
Read More