Gadis berusia 20 tahun itu selalu menatap layar kosongnya. Sesekali mengetikan beberapa huruf, namun kemudian ia hapus kembali. Dan ia kembali dalam diamnya, melayangkan ingatannya, melayangkan imajinya, berharap menemukan satu dua ingatan yang bisa ia tuangkan dalam layar kosong yang ia tatap sedari tadi. Namun sayangnya ia lebih sering mendapatkan kenihilan.
Ia kemudian berpikir, apakah bisa ia menjadi seorang penulis. Cita-cita yang tidak pernah ia sangka, tak pernah sedikitpun datang dalam pikirannya dahulu. Namun satu tahun lalu ia menemukan dirinya begitu menyukai hal itu. Baginya penulis adalah orang-orang yang bisa melihat dunia dari sisi yang tidak pernah terlihat oleh orang kebanyakan. Penulis adalah orang yang mampu memahami ketika orang-orang menghakimi. Dan dia berharap bisa menjadi orang seperti itu.
Namun ia terlalu acuh untuk menjadi seseorang yang seperti itu. Seringnya terlalu anteng dengan dunia yang ia ciptakan sendiri. Meyakini beberapa ketakutan, yang menjadikan imajinya terpenjarai.
Ah, gadis muda ini masih tak tahu jalan apa yang ia ingini. Masih menyukai berada di persimpangan. Melihat-lihat jalanan mana yang akan mengantarnya menuju kebahagiaan.
Gadis muda itu seringkali ku khawatirkan, namun ia selalu tersenyum saat kutatap. Ia seakan mengatakan "Semuanya akan baik-baik saja, dan akan selalu indah pada waktunya." Aku pun hanya mengangguk, mengiyakan.
Gadis muda itu adalah gadis yang sering kutemui saat pertama kali ku menjumpai hari dan saat mataku akan nyaman terlelap dalam balutan malam. Ia gadis yang selalu kutatap dalam cermin.
No comments:
Post a Comment