mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

, ,

Catatan Kecil

Catatan kecil ini untuk mengingatkan waktu kelak. Karena kebanyakan ia seringkali melupakan suatu hal begitu saja, baik itu momen berharga atau bahkan jika itu tidak.

Ini tentang kebahagiaan kecil, saat keikhlasan datang untuk merelakan bibir menyunggingkan senyum untuk satu hal yang pernah melukai hati. Seperti halnya satu-dua manis dari perbincangan kecil tentang dirinya, mimpi-mimpinya dan masa depannya.

Ini tentang pagi buta ketika tercium wewangian embun, melumerkan sejuk di hati ketika melihatnya dalam balutan mata lugu, masih dalam setengah terpejam baru saja menyadari mimpinya.

Ini tentang siang yang biru, matahari yang tertawa lebar pada sebagian awan yang berarak, ketika sekawanan kupu-kupu mencubit-cubiti perut, mengelilingi tubuh yang melambung atas satu-dua tatap yang tidak disengaja.

Ini tentang senja yang masih tetap jingga dengan tambahan ornemen-ornamen yang menyenangkan dibilik dada. Seperti halnya tawanya yang membuncah, menertawakan satu hal yang tak pasti tentang apa yang disebut kita.

Ini tentang malam pada rintik-rintik gerimis yang membasahi punggung aku dan ia.

Catatan ini catatan yang kuselesaikan saat berkumandangnya adzan Ashar. Karena mungkin saja akan kutemukan ia jika saja kujamah Rumah Allsh di seberang jalan.
Share:
Read More
, , ,

Meski Akan Kembali pada Semula

Ada lagi yang meretas senyum
Bunga bermekaran pada taman waktu
Bergumulnya kembali sekawanan kupu-kupu
Perlahan dengan malu-malu
Seperti waktu yang telah lalu

Ada lagi rona yang memerah di pipinya
Ada lagi letupan-letupan lincah di hatinya
Dan kini ia sambut kembali asa yang dulu sempat pergi dan tak mau kembali

Ia tahu esoknya mungkin saja serupa
Selalu akan kembali pada semula
Tapi baginya kali ini tidak bisa diabaikan
Ia ingin menikmatinya
Mempertahankannya untuk waktu yang mungkin bisa cukup lama

Ia merekam lagi rupa rembulan
Disimpannya pada malam setelah purnama
Ia ingin tidurnya dalam nyenyak
Setelah sapuan ingatan rupa kemarin yang ia simpan
Share:
Read More
,

Dendy Mike's - 2 Manusia



Ciptaan: Dee Lestari 
Aransemen: Andhika Triyadi.

Meski jalan ini masih kan trus berputar
ujung jalan ini kau dan aku yang tau
semua yang tertawakan kita

akan berbalik berharap menjadi kita

meski awan ini masih trus membayangi

warna langit ini sejatinya kita tau
ada dua bintang tuk kau dan aku
menanti kita kembali tuk bersama


reff :
di angkasa terlukislah kisah kita
dua manusia yang berputar demi cinta
mungkin cuma aku dan kamu

tak terberdaya berkat badai ini
mungkin cuma aku dan kamu

yang percaya semua ini kan jadi nyata, kan jadi nyata, oh...

meski langkah ini kadang bertambah berat
sudikah kau tunggu, relakah kau melepasku


di angkasa terlukislah kisah kita
dua manusia yang berputar demi cinta
mungkin cuma aku dan kamu

tak terberdaya berkat badai ini
mungkin cuma aku dan kamu

yang percaya semua ini kan jadi nyata, kan jadi nyata..
mungkin cuma aku dan kamuuu..


Share:
Read More
, ,

Kembali Pada Sepi

Mesin pencari yang tak punya hati
Sesakit itu ia menandai
Atas gagal yang selalu sesal
Menggantungkan harga tanpa layak

Ia menangis menatap punggu mereka yang pergi
Meringis saat tak satu pun luka yang berhasil terobati
Melihat nganga yang tak juga tertutupi
Hanyut dalam sendiri yang digilai sepi

Ia tidak tahu seperti apa tatapan di sebrang
Sekiranya itu yang membuatnya serasa terbang
Namun sakitnya di esok serasa meradang
Karena lupa kembali ia pada pulang

Ahhh...
Biarkan saja yang telah pergi bepergian
Biarkan saja yang telah lalu berlaluan
Biarkan saja sepi yang kembali menemani malam
Karena mimpi masih bisa indah jika terpejam

Doaku menyertai kalian para relawan

Share:
Read More
,

Ia Selamat

Berhenti lagi ia pada sunyi
Pada bebatuan licin di gunung yang tertetesi rintik hujan
Batu kokoh untuk diinjak
Namun sayang, batu itu tetap batu yang tertetesi hujan
Licin

Mengarah menuju puncak
Namun terseret tebing curam
Tengadah lagi menatap langit
Lagi-lagi itu pada biru
Takdir yang diyakininya sendiri

Tergelantung ia pada akar dari pohon
Hendak terjatuh pada karang menjulang di lautan
 Andai saja ia lalai dan menyerah
Mengendurkan pegangannya
Demi untuk terjatuh pada biru kedalaman

Namun kembali lagi ia tengadah
Pada biru langit yang luas membentang
Ia putar pikirannya
Memanggil nyawa terbang untuk selamat

Pejamaan matanya menghantarkan ia pada terik puncak gunung
Tiba-tiba saja terhenyak pada mimpi di siang bolong
Mengitarkan mata pada hamparan hijau tertutup awan tipis
Mengirup mimpinya dalam-dalam
Ia simpan itu udara untuk pencapaian

Diraihnya uluran tangan pada sadarnya
Memamerkan bebarisan gigi rapi pada nyaman di depannya
Merangkulnya, menyakini kelak pada esok
Mempercayai, tatapan mata teduh dambaannya

Dan ia selamat.

Share:
Read More
, , , ,

Semula

  1. Tidak ada bahasa dalam sajak kita
    Ia hanya mempunyai isyarat yang selalu tanpa nama
    Ada kekecilan yang mengkerutkan
    Ada kebesaran yang melambungkan
    Jelas saja pagi selalu tanpa warna
    Dan langit tetap saja dalam biru

  2. Aku lebih suka menatap senja
    Berpengharap pada pagi yang esok
    Semburat yang jingga tanpa kelabu
    Jujur dalam tanya
    Meski ia tanpa matahari di dalamnya

  3. Ketika hujan dalam sesekali
    Wewangian tanah basah selalu menyesakan dada
    Benar itu tetang kepergian
    Dan selalu tentang hal itu

  4. Ada secangkir kopi pada pagi kembali
    Kemudian aromanya mengalirkan nyaman dalam sendiri
    Selalu sepi dalam tenangnya pagi

  5. Pada sore tanpa kesengajaan yang lalu
    Ada penyuka senja sepertiku
    Mengintip lembayung pada bilik sebuah kaca

  6. Kemudian ia mengajak sepi
    Menikmati suguhan panorama dalam dua gelas kopi
    Merapihkan asa yang sempat tak mau kembali

  7. Kemudian esok pada Kamis
    Ia datang dengan tatapan mata elang, pemburu
    Ya, ia katakan memburu matahari
    Tak sepertiku yang memburu senja

  8. Kemudian lagi pada ke esokan harinya
    Tiba-tiba saja tak lagi ada tanya
    Kami kembali lagi pada diam
    Tak lagi ada bahasa dalam sajaknya
    Seperti isyarat yang selalu tanpa nama
    Semula.

Share:
Read More
, , , ,

Senja dengan Sepasang Gelas Kopi

Ada ketidaksengajaan yang menyenangkan pada sore-sore kemarin. Seberkas catatan kecil pada dairy usang 1 tahun lalu. Sebuah sapaan yang mengingatkan kembali untuk pulang. Senja yang menyenangkan dengan sepasang gelas kopi.

Jembatan perapih asa

Dan untuk senja itu pengecualian, kopi tidak hanya tentang kesendirian.




Suguhan panorama indah pada langit senja di Pangandaran.

Terkadang sebuah sapaan memang hanya sapaan. Itu berlangsung untuk satu-dua waktu yang singkat. Namun, terima kasih untuk senja yang sangat menyenangkan ini.



Share:
Read More
, ,

Ngubek Pangandaran Part II

Next Trip Batukaras Beach and Madasari Beach

Sebetulnya kami merencanakan ke Citumang, namun karena kendala beberapa hal akhirnya kami memutuskan untuk menikmati air asin saja dari pada air tawar. Hehehe. Jadilah kami berangakat ke Pantai Batukaras.
 
Sebetulnya Pantai Batukaras itu tidak terlalu indah, hanya saja jika hobi kalian adalah berenang. Maka kalian akan terpuaskan di sini.

 Peralatan bersenang-senang ===>> Ban dan Buggie.



Setelah puas berenang kami berjemur dan makan perbekalan seadanya.


Karena waktu yang masih lumayan cukup banyak akhirnya kami rasa tidak ada salahnya jika melanjutkan perjalanan. Dan kami menjatuhkan pilihan untuk ke Pantai Madasari. Padahal yaaa jauhnya minta ampun. Belum lagi hujan, belum lagi jalanan yang super ancur. Tapi dengan tekad kami tetap melanjutkan.



Karena hujan kami berteduh dan membuat pembakaran, lumayanlsh untuk menghilangkan dingin.


Flying without wings


Dan ini adalah tebing Pantai Madasari. Untuk mencapai puncak, kami benar-benar harus berjuang karena gerimis masih terus berjatuhan, dan otomatis membuat jalanan yang kami lewati menjadi licin.
Tapi setelah mencapai puncak kelelahan kami terbayarkan semua.
Untuk perjalanan kali ini, disudahi dulu. Semoga saja ada kesempatan lain lagi untuk ngubek-ngubek kota lain. Aminnnn... ^^





Share:
Read More
, ,

Ngubek Pangandaran part I

Sekarang saya jarang nulis ya. Hmm, memang semenjak pulang dari Malinau energi menulis saya jadi menurun salah satu sebabnya karena modem saya raib entah di mana, saya pun lupa. Inget-inget pas udah di Pangandaran modemnya mau saya pake ternyata sudah tidak ada di tas. Ya sudah deh...

Tapi kali ini saya harus menulis, karena saya punya cerita  yang sangat sayang kalau harus di lewatkan.

1. Perahu-perahu, Pasir Putih, Rusa dan Kera

 Pada Minggu sebelumnya tepatnya tanggal 10, saya untuk pertama kalinya ber-snorkeling ria, dengan formasi lengkap kamar B4 (nomor kamar Messku) dan 2 orang agen PPC. Tentu saja seperti biasa saya selalu bersemangat untuk melakukan hal-hal baru, tidak terkecuali untuk yang satu ini. Dengan alat bantu seadanya, senorkel dan pelampung, kami menuju ketengah laut untuk memulai aksi. Dengan tidak ragu-ragu saya nyemplung. Namun, ketika saya mencoba untuk menyelam saya tidak bisa bernafas. Belum juga melihat terumbu karang dan ikan-ikan saya sudah muncul lagi kepermukaan. Tapi saya tidak menyerah. Saya coba lagi, daaannnn sama saja saya masih belum bisa bernafas juga. Hingga saya mencoba lagi dan malah memasukan air laut yang super asin itu kehidung. Di situ saya benar-benar menyerah. Tidak mau lagi. KAPOK. Dan saya memutuskan untuk melepas pelampung saya, jadilah berenang-renang di tengah lautan. Yaaa, dari pada melongo gak jelas kan.


Setelah capek berenang-renang di lautan (yang lain sih snorkeling hehehe) kami menepi dan di lanjutkan dengan main pasir terus jalan-jalan ke Cagar Alam.



 Ketemu para rusa dan kera



Setelah keliling-keliling di Cagar Alam minus masuk, gua kami pulang. Ya, soalnya perut sudah rame nyanyi-nyanyi keroncong dan badan rasanya sudah sangat susah ditopang.

Setelah ini ada lagi Batukaras dan Madasari Beach.... ======>>



Share:
Read More