Aku masih saja meneteskan air
mata saat melihat gambar dirimu di sana. Masih saja tidak dapat menyembunyikan
kerinduan ini. Seandainya saja dulu kamu tidak menyapa hatiku. Aku yakin, aku
tidak akan seperti sekarang ini. Karena sebelumnya pun aku telah terbiasa
tanpamu. Dan sekarang pun bukannya aku membutuhkanmu. Hanya saja kerinduan ini
yang telah bosan berdiam diri di sini.
Ya,,, Kita dulu menyalahi
aturan. Mendobrak tebing persahabatan yang telah kita bangun dengan sempurna.
Dan benar, sekarang aku menyesalinya. Harusnya aku tidak sebodoh itu.
Mengartikan ke kekeliruan, ke bimbangan, rasa penat, rasa sesak, dan rasa bosan
yang kamu miliki saat itu.
Jingga
selalu saja mengulangi kalimat-kalimat itu. Seperti saat ini. Saat dia sedang
menatap foto Yona di timeline facebooknya. Cowok yang ia kenal 5 tahun yang
lalu. Ketika ia pertama kali menginjakan kaki di bangku SMA. Cowok yang ia
taksir sejak mereka di satukan dalam satu kelas. Menurut Jingga Yona tidaklah
ganteng atau pun keren seperti cowok-cowok yang pernah ia taksir sebelumnya.
Hingga dia pun selalu merasa heran kenapa ia bisa menyukai Yona. Namun berada
di dekat Yona selalu menyenangkan baginya. Dengan dia semuanya bisa dibicarakan, mulai dari pelajaran, buku, music, bola, olahraga, kehidupan, bahkan politikpun
mereka sering mendebatkannya. Padahal
pendapat mereka selalu bersebrangan. Tapi itulah yang membuatnya
menarik. Mungkin hanya 1 pendapat yang mereka anggap sama yaitu mereka sama-sama membenci Barcelona FC.
Senyum
simpul Jingga masih mengembang saat memikirkan keseruan-keseruan yang telah
mereka lalui bersama.
“Kamu,
sahabat yang baik. Namun ternyata tidak jika lebih dari itu.” Bisik Jingga.
.jpg)
.jpg)
.jpg)













