Aku selalu berharap dengan menulis mampu mengurangi kemelut
yang terjadi di hatiku. Karena aku selalu tidak dapat membicarakannya dengan
orang lain. Entah aku merasa apa yang aku ributkan ini tidak cukup menarik
untuk diperhatikan orang lain atau mungkin kemelut ini suatu hal yang memang
tidak cukup pantas untuk dibagikan kepada orang lain.
Namun memang menulis itu sulit. Ketika perasaan kita tidak
sedang mendukung, ya tentu saja aku tidak dapat menulis apa-apa. Dan apa yang
terjadi saat perasaan tidak dapat diajak berkompromi? Hanya sesak yang ada.
Dada ini tidak dapat bernafas. Udara yang ku hirup seakan berubah jadi kepulan
polusi di mana-mana.
Aku selalu ingin diperhatikan oleh orang lain. Mungkin
karena aku tidak mengecap perhatian dari keluarga cukup lama. Ya… jadilah aku
seperti sekarang ini. Selalu ingin diperhatikan. Dan itu yang membuatku harus
menjadi seseorang yang lain dari apa yang biasa orang lihat. Dan tahu kan
resikonya jika seperti itu. Akan ada orang yang menyukainya dan tidak
menyukainya.
Maka dari itu sejak dulu aku mati-matian supaya bisa
menonjol di bidang akademik atau pun non akademik. Yang jelas bisa terlihat di
permukaan. Karena dengan begitu mungkin orang-orang akan menilaiku positif.
Namun waktu tidak selalu berdiam diri. Ada waktunya di mana
aku harus keluar dari akademik dan non akademik. Yaitu aku akan beranjak ke
dunia yang lebih dewasa yaitu dunia kerja. Yang sebetulnya agak memberatkanku.
Bergaul dengan orang-orang dewasa penuh dengan pengalaman
dan wawasan. Aku senang berada di tengah-tengah mereka. Bisa ikut mencicipi
ilmu yang telah mereka dapat. Tapi di satu sisi aku merasa semuanya terlalu
sesak untuk masuk ke otakku. Terlalu rumit, terlalu sulit, terlalu memaksa.
Kepalaku selalu terasa berat, apalagi ditambah dengan pekerjaan yang tidak
selesai-selesai, menambah semrawutnya pikiranku.
Aku kira itu cuma akan berjalan selama tiga bulan pertama,
saat aku masih dalam tahap adabtasi. Tapi setelah 6 bulan semuanya masih sama
saja. Apa memang dalam jangka waktu seperti itu masih wajar jika aku merasa
seperti ini?
Dan di masa ini aku merasa semuanya berjalan sama. Padahal
aku seudah berusaha menjadi yang “baik”. Tidak ada yang mengapresiasi kerja
kerasku. Semuanya tampak diam. Mengacuhakan aku. Apa mungkin karena aku
hanya”baik” dan itu tidak cukup membuat mereka menarik?
Ah… entahlah aku selalu lelah memikirkan semua itu. Aku
merasa saat aku berusaha menjadi tampak “baik”pun aku sama sekali tidak di
hiraukan oleh mereka.
Hufttt…. *berputar-putar otakku mencari jawaban*
Ya… Kalian mengerti kan?
Aku juga… J
No comments:
Post a Comment