Saat ini ku coba melangkah lebih maju dalam cinta “lagi”.
Menyambut sebuah uluran tangan dengan menawarkan kebersamaan LDR (Long Distance
Relationship). Ada pertimbangan aneh saat aku memutuskan hal itu. Mungkin
dengan jarak yang jauh aku bisa belajar lebih perlahan, tanpa harus di buru
dengan tatapan matanya. Akan sangat jarang bertemu dengan matanya karena jarak
dan waktu yang memisahkan aku dan dia. Meski mungkin akan banyak juga pertemuan
nantinya.
Sejujurnya hati ini masih sering kali merindukan sosok lain.
Sosok yang rindunya dulu kupelihara, namun kini lebih sering ku abaikan.
Namun kemarin sore aku mendapakan sebuah kalimat terpampang
jelas dan yakin di timeline facebook-ku. “Aa sayang wie”. Terasa ada sebuah
hentakan keras di hatiku. Dia (hatiku)
tidak menyangka akan menemukan kalimat itu di sana. Hatiku mungkin bergolak,
bergemuruh, gelisah dan aku yakin dia tidak diam. Begitu juga pikiranku telah
terjadi pertentangan di sana. Demo besar-besaran terpampang di muka perasaanku.
Aku telah memutuskan untuk bersamanya dan itu adalah pilihan
yang aku pilih dengan sadar dan tanpa paksaan. Sudah seharusnya aku bahagia
atas apa yang telah aku putuskan. Memang tidak ada getaran di sana. Seperti
halnya pipi yang bersemu merah atau mungkin jantung yang tiba-tiba berdetak
lebih kencang dari biasanya. Atau mungkin badan yang tiba-tiba panas dingin.
Tidak ada hal-hal seperti itu. Ini hanya tentang kesendirian yang tidak dapat
menuggu lebih lama lagi. Hanya sedikit ketertarikan atas lembutnya suara dan
tutur katanya. Hanya itu, tidak lebih.
Tapi ada keyakinan di sana. Sebuah keyakinan tentang
pembelajaran menuju masa depan kelak. Aku pernah mendengar dari seorang “guru”
(sosok yang kuanggap seperti itu) bahwa cinta itu adalah proses. Seperti halnya
bahagia. Dan akupun menyakini hal itu. Cinta akan bisa tumbuh oleh perjalanan
waktu dengan sendirinya.

No comments:
Post a Comment