mari membahas hal-hal kecil dan masa kini

, ,

Mendekap Kenangan

Andai bisa kujaga setiap inci rasa. Mungkin aku tidak akan mendekap kenangan saat ini. Mungkin kamu juga tahu aku mengakhirinya bukan karena rasa yang ada telah sirna tiada. Tapi karena aku memang lah seorang pengecut yang tidak berani mencinta. Aku sang pengecut yang tidak percaya akan rasa. Perubahannya terlalu menakutkan untuk diselami dan diyakini.

Aku menyesal? Aku rasa mungkin iya di awal. Tapi kini aku mengerti, kamu memang bukan untuk kugenggam. Dan kini, aku melihat kamu bahagia dengannya. Dan itu lebih dari cukup untuk menyirnakan rasa sesal yang ada. 

Dan kamu adalah salah satu bagian terpenting dari masa laluku. Kenangan yang mungkin ada untuk disebut terindah. Bagaimana tidak jika jemarimu yang mengalirkan getaran itu pertama kali. Membuatku merasakan desiran rasa. Membuatku menangis, karena tidak ingin melepas genggaman tanganmu terlalu cepat.


Teras kosan, bangku di teras itu, tukang nasi goreng adalah saksi sederhana atas cinta kita. Cinta yang tumbuh begitu cepat dalam waktu 10 hari. Di kalender hapeku saja aku tandai dengan memo “10DaysTheBest”, agar kelak aku tidak lupa bahwa itu adalah hari-hari bersejarah bagi kita.

Alun-alun kota, Bioskop, dan Dago Pakar juga ada di barisan tempat bersejarah untuk kita. Dan di gunung itu kita terjebak dalam rinai hujan. Kamu ingat? Waktu di jalanan sepi, kita melihat ada sepasang kekasih sedang hendak berciuman. Kita malah saling tatap dan segera berlalu, menahan gelak tawa yang hampir siap membuncah. Aku mencubitmu gara-gara tawamu mulai akan terdengar. Hahaha. Menyenangkannya saat itu. Bisa melihat tawa lepasmu.

Dan bau harum parfummu, itu yang paling kuingat. Bau harum yang menempel di jaketmu yang aku pakai. Hingga malam menjelang pun, dan kantuk kian tidak tertahan aku masih mendekap jaketmu. Tidur dengan menciumi baumu. Nyaman rasanya.

Andai satu-dua perbincangan bisa kita mulai, mungkin kita akan cocok jadi sahabat baik.
Share:

No comments: