Kali
ini soal Mbak Mega. Ini tentang ketidak mengertian dan keheranan saya tetang
apa yang dia pikirkan. Sudah dua kali ini dia membahas soal “orang gila”. Ya…
Betul Orang Gila.
Saya
sering mendengar dia mengomentari orang gila yang kami temui di jalan. Dia juga
pernah mengatakan kalau ketemu orang gila di pagi hari adalah suatu
keberuntungan. Saya tahu itu bercanda, untuk satu hal itu saja. Saya kira, cuma
sebatas itu saja. Tapi ternyata dia menanggapi serius. Saat membicarakan hal
ini dia sangat antusia. Padahal ya. Saya sudah meperlihatkan muka malas dan
sangat tidak tertarik. Malah kadang-kadang gemes dengan penuturannya. Baru kali
ini dia membahas soal yang sangat konyol. Sangat.
Saya
heran kenapa orang gila harus dipermasalahkan? Dan Mbak Mega juga mengatkan
kalau gila itu adalah sebuah pilihan. Yang benar saja. Gila itu bukan pilihan
bagi orang waras (berakal). Bukankah itu sama saja dengan menyerah akan hidup
atau kasarnya bunuh diri.
Masih
dalam acara perdebatan, tadi saya bertanya pada Mbak Mega dan dapat satu
jawaban, satu point. Kalau dia “mau untuk jadi gila”. Itu sudah. Dan saya
menegrti kenapa dari sejak kapan tahun dia perduli sekali dengan orang gila,
sampai mungkin dia hapal semua orang gila yang ada di sini. Dan untung saja dia
tidak punya niatan untuk mengajak salah satu dari mereka pulang ke rumah. Tapi
untuk alasan kenapa dia “mau untuk jadi orang gila” itu masih tanda tanya. Biar
nanti kalau mood saya sudah kembali normal, saya tanyakan kepada dia. So, to be
continued.
2 comments:
sebenarnya aq tuh mau ajak mereka ke rumah buat ngbrol tapi karna takut mereka serbu ajaaaa,,,,tapi ntar klo aq dah nemu formula yang tepat untuk ajak mreka ngobrol aq bawa ke rumah yaaaaaa
Hahahahaha. Oke, tapi dalam proses tersebut aku bakalan kabur. Dan gak akan pulang-pulang sebelum beres. :))
Post a Comment